Saturday, October 23, 2010
Sangat 'Dunia Ketiga'
Memang terbaca janggal dan salah kaedah kalau kata benda di letakkan di depan kata ‘sangat’. Yang seharusnya mengikuti adalah kata sifat. ‘sangat+kata benda’ biasanya dipakai hanya untuk memberi kesan cemooh pada satu objek. Seperti ‘sangat Indonesia (indenesia banget!) untuk menyifati seorang yang suka terlambat , miskin dan suka korupsi. ‘Sangat China (China banget!), untuk mejelekkan satu produk murahan dan cepat rusak.

Sangat dunia ketiga biasanya dibuat olok-olok bagi mereka yang terbelakang secara pendidikan, sosial-ekonomi dan pemikiran oleh mereka dari negara yang lebih maju dan lebih sejahtera.

Dalam film Taken, diperlihatkan seorang bapak dengan marah menyiksa seorang penjahat Albania yang menculik anaknya dengan sadis; didudukkandi kursi dan menyetrumnya dengan listrik bertegangan tinggi. ‘ Aliran listrik di sini payah, tidak kuat, sangat dunia ketiga!’, dia bilang dengan geram.

Seperti kebanyakan film-film Hollywood lainnya, Taken juga mau meyakinkan dunia bahwa apapun masalahnya, kalau orang dari dunia pertama datang (biasanya diperankan aktor berkulit putih, bermata biru dan berambut pirang), maka semuanya pasti akan beres; tanpa konsekwensi!

Pesan film ini jelas: Betapa berharganya satu nyawa di negara yang bukan ‘negara ketiga’. Tidak usah kita membuang waktu tuk membandingkannya dengan ‘murah’nya nyawa di negara ketiga karna itu tak kan merubah apa-apa. 'Jangankan membunuhi imigran Albania di Prancis ini, kalau perlu menara Eifell akan ku acak-acak demi selamatnya nyawa putriku’, katanya angkuh.

Realita mempertontonkan negara-negara bermayoritas muslim lah yang setia menempati daftar ‘dunia ketiga’ itu. Paradoks: Mereka yang mendaku membela Tuhan secara 'kaffah' tak juga diberi kehidupan sedikit lebih baik. Bodoh, kotor, miskin, terbelakang, suka perang, mudah diadudomba, stigma-stigma negatif tuk mereka berjejal berurutan.
'Tuhan tak pernah meninggalkan kami, Dia menyiapkan dunia yang lebih baik dari dunia yang sekarang buat kami, jauh di sana, nanti, dengan dinding emas dan rayuan-rayuan bidadari. Dunia ini memang disiapkan Tuhan sabagai syurga bagi para ‘kuffar ‘itu dan neraka bagi kami'. Berkali-kali mereka berapologi.

Mereka menempatkan diri seakan selalu dalam posisi terancam, semua yang baru datang adalah musuh dan harus ditolak. ‘Nabi kami tidak pernah melakukannya. Bid’ah, fasiq, kafir, bakar, ledakkan!’ Mulut mereka berkoar-koar marah. Cara-cara pemaksaan tak jarang mereka pakai, kekerasan demi penyeragaman pemahaman. Dan akhirnya di sana-sini terdengar bunyi lantak ‘bom!! ’
Nyawa-nyawapun hilang dengan mudah. Murah sekali semurah ketela pohon. Para penolong Tuhan (?) itupun dengan puas hati melihat genangan darah seakan itu dapat membuat Tuhan terkesan. Ah.. kalian kira Tuhan itu vampire…?!

Untuk manusia-manusia di negara ketiga, yang diperbudak dzalimnya ‘sistem’, ideologi dan juga teologi, yang setiap hari menunggu rahmat langit dan mukjizat takdir, berdandanlah agar wajah kalian tidak lagi seram, buatlah dari lumpur kotor ketertinggalan kalian bangunan indah nan menjulang seperti tetangga sebelah barat rumah telah lebih dulu melakukanya. Kebodohan kalian sengaja dipertahankan untuk dimanfaatkan, Berkemaslah…..!
Atau kalau tidak, Pergilah…!! Kalian adalah beban, kalian ‘sangat dunia ketiga’…
Dunia tidak menginginkan…..

Saqqr el-Quraisy Cairo
Akhir Des ‘10
posted by Syaifullah Rizal Ahmad @ 4:08 PM   0 comments
About Me


Name: Syaifullah Rizal Ahmad
Home: Nasr City, Cairo, Egypt
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
Your Comment